Anak
perempuan dan anak laki-laki mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan
pendidikan, baik pendidikan di rumah, maupun pendidikan di sekolah. Kalau anak laki-laki
boleh melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, anak perempuan pun juga memiliki
hak yang sama. Begitu juga kalau anak laki-laki remaja boleh mengenyam bangku
kuliah, anak perempuan juga berhak menjadi anak kuliahan. Hanya saja ada satu
hal yang membedakan anak laki-laki dengan anak perempuan. Ketika mendidik anak perempuan,
kita arahkan agar anak perempuan menjadi memiliki sifat keibuan.
Perempuan mengarah sifat
keibuan
Ketika mendidik
anak perempuan, hal yang penting, selalu diingat dan diperhatikan, anak
perempuan mesti dididik memiliki sifat keibuan. Sifat keibuan mencakup sifat
lembut, mengerjakan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan perempuan. Aktivitas
membantu ibu memasak di dapur, mencuci gelas, mencuci piring, menyapu di
halaman dan seluruh areal rumah, serta berbagai kegiatan lainnya.
Meskipun dalam
rumah, semua saudaranya laki-laki, tapi anak perempuan tetap dibina agar
memiliki sifat keibuan. Jangan sampai diikutkan secara total kegiatan saudara laki-lakinya
karena bisa mengaraahkan anak perempuan itu menjadi tomboy. Tomboy, anak
perempuan yang bersikap seperti anak laki-laki. Atau, kadang-kadang ada anak
perempuan yang nakal, kadang-kadang bengal seperti anak laki-laki. Malah, dalam
satu dua kasus, ada anak perempuan yang bengal melebihi anak laki-laki.
Anak perempuan
yang memiliki sifat keibuan, membuatnya mudah dalam melakukan pergaulan sesama
anak perempuan. Anak perempuan akan kesulitan bergaul dengan sesama anak
perempuan kalau dirinya bersikap dan berpenampilan tomboy.
Anak perempuan lebih halus
perasaannya
Sebagai wanita,
anak perempuan memang secara alami memiliki perasaan yang halus. Anak perempuan
diperlakukan halus, lebih halus dari anak laki-laki. Hal itu berkaitan dengan kelembutan
hatinya. Jangan sampai kita memperlakukan anak perempuan secara kasar, karena bisa
melukai hati, yang berimbas bisa mengganggu psikologisnya.
Anak perempuan
yang secara psikologis terganggu karena perlakuan kasar orang tuanya, cenderung
menjadi perempuan pendiam, seperti tertekan dan terbebani pikirannya. Anak perempuan
yang selama di dalam rumah sudah tertekan, ketika berada di luar rumah, saat
bergaul dengan teman-temannya cenderung merasa minder. Ada kekhawatiran dirinya
diperlakukan kasar oleh teman-temannya seperti saat di rumah.
Kehalusan perasaan
anak perempuan wajib dijaga agar dia bisa berkembang sebagai anak yang gembira,
bebas, kreatif, dan tidak tertekan. Anak perempuan yang halus perasaannya akan berkembang
secara wajar seperti teman-teman sebaya. Perempuan yang normal bisa dilihat dari
kelembutannya, bukan ketomboyannya. Tomboy buakn sesuatu yang buruk, tapi memang
sebaiknya dan sewajarnya perempuan tampil feminim.
Anak perempuan menjadi pelindung
adik-adiknya
Aanak
perempuan, apalagi yang sulung atau mempunyai adik, dididik agar bisa menjadi pelindung
bagi adik atau adik-adiknya. Sifat keibuan yang dimiliki perempuan akan membuat
anak perempuan itu menenangkan dan menenteramkan adik atau adik-adiknya. Ketika
berada bersama kakak perempuan yang berkarakter pelindung, adik atau adik-adik
ini merasa jiwanya tenang, terlindungi, dan aman.
Secara alami
dan naluri, biasanya anak perempuan memang sudah menjadi seperti seorang ibu
bagi adiknya. Dia akan melayani, menyuapi, atau pun kegiatan lainnya yang menjadi
’pekerjaan’ seorang ibu. Sejak kecil anak perempuan dibiasakan menjadi pelindung
bagi adiknya agar kelak kalau dewasa menjadi melakukan hal sama bagi anak-anaknya.
Perempuan bukan berarti pandai
memasak
Pemikiran bahwa
anak perempuan identik dengan memasak dan mencuci piring, mesti disesuaikan dengan
keadaan. Jaman telah berubah, makanya perlakuan terhadap anak perempuan juga mesti
diubah, disesuaikan dengan keadaan. Jangan paksakan kehendak kepada anak
perempuan agar wajib bisa memasak.
Memasak bukan
pekerjaan mudah. Salah bumbu sedikit saja bisa membuat rasa masakan kacau. Pada
saat anak perempuan masih kecil, perlu dibelajari memasak, tapi jangan sampai
dipaksa menjadi mahir memasak seperti ibunya, selayaknya orang dewasa. Masak itu
tanganan, bakat bawaan, tidak sembarang
orang bisa memasak. Semua orang bukan ahli dan berbakat untuk memasak. Maka pada
masa anak-anak, perempuan hanya sekadar diberikan pengetahuan dasar tentang memasak,
soal nanti mampu memasak atau tidak, akan mengikuti bakat dan minat anak tersebut.
Anak perempuan yang sopan dan
toleran
Sopan
santun sangat penting dibelajarkan pada anak perempuan. Anak perempuan mesti
diberi pendidikan budi pekerti luhur agar mempunyai sopan santun. Sopan terhadap
orang tua, santun terhadap orang lain, dan beretika terhadap sesama manusia. Anak
perempuan yang mempunyai sopan santun, otomatis dia akan menjadi sosok manusia yang
toleran.
Sopan santun
yang melekat pada anak perempuan membuat anak tersebut juga tahu membatasi diri
dalam bertindak, sehingga tidak kelewatan. Anak-anak yang kelewatan dalam bertingkah
laku karena tidak memiliki sopan santun, biasanya disebut anak nakal dan
bengal. Sungguh tidak enak kalau ada anak perempuan kita di-cap demikian kan?
Anak perempuan
yang kurang sopan santun, pada saat dewasa bisa terjebak dalam kultur
kurang bagus, misalnya ikut-ikutan anak laki-laki
yang suka urakan, merokok, atau tindakan lainnya yang sangat merugikan pihak
perempuan.
Perempuan mendidik generasi yang
akan datang
Sudah bisa dipastikan,
anak perempuian merupakan sosok penting perannya pada fase-fase kehidupan
selanjutnya. Saat remaja, anak perempuan mesti bisa tahu diri dan tahu posisi. Anak
perempuan yang sudah remaja mesti lebih hati-hati dalam membawa diri. Kelak kalau
sudah dewasa, akan menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya. Anak-anak penerus
generasi yang akan datang.
Di sini peran
penting orang tua dalam mendidik anak perempuian selama berada di rumah. Pendidikan
di rumah, sangat penting perannya dalam perkembangan anak perempuan. Meski demikian,
peran sekolah juga tidak boleh diabaikan. Pihak sekolah, selain mendidik agar anak-anak
menjadi pintar secara akademis, juga dididik untuk menjadi anak-anak yang berbudi
baik, sopan, dan toleran.
Salam sukses!
Salam sukses!
***