Translate

Minggu, 18 Februari 2018

Mendidik Anak Laki-laki ternyata Gampang kok!

Mendidik Anak Laki-laki ternyata Gampang kok!Dalam pemikiran kebanyakan orang, mendidik anak laki-laki lebih sulit dibandingkan mendidik anak perempuan. Benarkah? Kalau benar, seberapa tidak gampangkah? Kalau salah, apakah benar-benar gampang mendidik anak laki-laki?

Laki-laki lambang kejantanan

Laki-laki adalah sosok makhluk yang digambarkan sebagai sosok yang jantan. Laki-laki itu sifat dasarnya adalah jantan, bukan betina, bukan pula banci. Maka bukan sesuatu yang mengherankan kalau seorang laki-laki merasa sangat terhina dan marah kalau dirinya dikatakan seperti perempuan, atau kayak banci, misalnya. Berdasar sifat dasar inilah, maka dalam mendidik anak laki-laki pun berbeda dengan ketika kita mendidik anak perempuan. Jangan sampai sebagai orang tua, pada waktu mendidik anak laki-laki sama dengan cara mendidik anak perempuan. Laki-laki dididik untuk memasak di dapur, sepertinya kurang bijaksana. Meskipun hal itu boleh-boleh saja. Toh, kita tahu kan bahwa koki atau juru masak mayoritas adalah laki-laki!

Intinya, saat memberikan didikan pada anak laki-laki, kita jangan melupakan sifat dasar dia sebagai sosok yang jantan. Maka sejak kecil, anak-anak laki-laki ditanamkan untuk bersikap jantan dalam menghadapi segala persoalan. Anak laki-laki tidak boleh lepas tanggung jawab ketika ada permasalahan. Apa pun persoalan yang ada, mesti dihadapi dengan sikap sebagaimana layaknya seorang laki-laki.

Sejak masih kecil, anak laki-laki dididik untuk bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukannya. Misalnya dirinya melakukan sebuah kesalahan, mesti berani mengakui kesalahannya itu, berani meminta maaf, dan juga berani mengubah perilakunya yang salah tersebut secara jantan. Jangan sampai anak laki-laki dididik untuk selalu beralasan ini-itu yang tidak logis dan hanya cenderung selalu membenarkan diri sendiri.

Kalau anak laki-laki tidak terdidik bersikap jantan, maka kalau sudah dewasa akan cenderung menjadi sosok manusia bengal dan pengecut. Manusia pengecut itu kalau mengikuti sebuah kontestasi, pemilihan, perlombaan, dan yang semacamnya, bila mengalami kekalahan akan cenderung mencari-cari kelemahan atau kesalahan orang lain. Bukan mengakui keunggulan orang lain yang menjadi pemenang.

Dalam menghadapi persoalan, anak laki-laki yang sejak kecil tidak tertanam sikap jantan, bila menghadapi persoalan, cenderung menghindar, tidak mau tahu, dan mengabaikan. Dia takut menghadapi persoalan, dia menjadi pengecut, tidak berani menghadapi kenyataan.


Anak laki-laki membutuhkan pengakuan

Seorang anak laki-laki membutuhkan pengakuan dari seluruh anggota keluarga. Hal ini agak berbeda dengan anak perempuan. Semua anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan membutuhkan pengakuan atas keberadaannya di dalam keluarga. Namun anak laki-laki membutuhkan pengakuan bahwa dirinya benar-benar laki-laki.

Berbagai cara digunakan anak laki-laki agar keberadaannya diakui dalam lingkup keluarga maupun di luar anggota keluarga. Berbagai cara digunakan anak laki-laki agar dirinya diakui sebagai sosok laki-laki yang hebat di dalam keluarga. Menyikapi hal ini, orang tua dan kakak dari anak laki-laki tersebut mesti berlaku bijak. Kita hargai keinginan anak laki-laki tersebut. Kita arahkan agar dalam mencari perhatian untuk diakui keberadaannya, mesti melakukan tindakan yang benar.

Ada kalanya, dalam upaya agar dirinya mendapatkan pengakuan, seorang anak laki-laki melakukan tindakan kurang terpuji, misalnya berkata kotor, jorok, alias kumuh. Kata-kata dia serap dari orang-orang dewasa yang suka kelewatan dalam mengungkapkan kata-kata berkonotasi buruk tanpa terkendali, sehingga terdengar dan ditiru anak-anak.


Anak laki-laki ingin melindungi adik-adiknya
Anak-anak laki-laki biasanya sangat sayang pada adiknya, terutama adik perempuan atau anak perempuan. Hal itu terjadi karena dirinya memang mengharapkan adik perempuan. Karena sayangnya pada adik, kadang-kadang anak laki-laki sangat berlebihan dalam melindungi adiknya. Misalnya ada teman berlaku kurang baik pada adiknya, sang kakak laki-laki ini kadang-kadang langsung menegur, bahkan main kasar. Dia merasa berkewajiban melindingi adiknya.

Dalam tataran dan takaran tertentu itu bagus, bahkan wajib. Anak laki-laki sudah kewajibannya menjaga adik atau pun adik-adiknya. Anak laki-laki berkewajiban ngemong, menjagai adiknya ketika orang tua sibuk dengan aktivitas sehari-hari. Kewajiban yang ditanamkan sejak kecil akan tertawa sampai dewasa. Ketika saat masih anak-anak dididik untuk menjaga dan melindungi adiknya, maka sampai kapan saja, sang kakak laki-laki ini akan berlaku sama. Hal ini sangat penting karena kedudukan anak laki-laki terhadap adik atau adik-adiknya memang sangat penting.

Anak laki-laki melindungi adiknya itu kewajiban, tapi bukan berarti melarang dan mengekang aktivitas adiknya. Orang tua mesti menanamkan sikap memberikan kebebasan kepada adiknya untuk melakukan aktivitas wajar dan tidak membahayakan. Hal ini akan menjadikan anak laki-laki menjadi bijak dalam bersikap kepada adiknya sampai saat dewasa nanti.


Laki-laki bukan berarti harus suka berkelahi

Dalam konteks kejantanan, sebagian masyarakat berpikiran bahwa laki-laki jantan adalah laki-laki yang berani melakukan apa saja melambangkan bahwa dirinya jantan. Satu yang melekat dalam ingatan para laki-laki adalah seorang laki-laki dianggap jantan kalau pemberani, dalam hal ini termasuk berani berkelahi. Jantan adalah berkelahi. Jantan adalah memenangkan perkelahian. Terutama bermain keroyokan!

Begitulah pemikiran sebagian orang. Kepada anak atau anak-anak kita yang laki-laki, mesti ditanamkan prinsip yang benar terkait stigma jantan, kejantanan, atau kelelakian. Jantan manusia beda dengan jantan binatang. Laki-laki itu manusia, bukan pejantan. Kalau pejantan, ayam jantin misalnya akan disebut hebat ketika memenangkan persabungan. Kalau laki-laki sebagai manusia, apakah demikian? Iya? Kalau ada yang berpikir seperti itu, apa bedanya antara binatang dengan manusia?

Anak laki-laki mesti diberi pengarahan dan penjelasan yang benar. Untuk menjadi laki-laki jantan bukan dengan berkelahi, tidak mengandalkan otot, tapi paling penting penting mengandalkan sikap bijak dan pemikiran waras. Jaman kini makin manusia yang bijak berpikiran waras makin langka. Maka dari itu saat kita didik anak laki-laki kita menjadi laki-laki bijak dan waras. Bijak dan berpikir logis. Sikap bijak dan penalaran yang logis bisa membawa anak laki-laki kita kelak menjadi manusia yang sopan dan toleran.


Anak laki-laki itu sopan dan toleran

Sopan santun adalah pakaian yang paling sakti. Sopan santun tidak bisa sobek, tidak bisa aus, dan tidak bisa kotor. Anak laki-laki yang sopan akan seperti mengenakan pakaian yang bagus yang antirusak, sehingga semua orang kagum dan memujinya. Bagaimana cara menanamkan sopan santun? Tentu saja sopan santun itu ditanamkan sejak masih dalam kandungan.

Ibu yang hamil, entah itu anak laki-laki atau perempuan, tentunya wajib selalu menjaga sopan santun terhadap siapa pun. Kemudian saat anak laki-laki sudah berada dalam gendongan, sudah kita belajari untuk sopan kepada siapa saja, kapan pun, dan di sembarang tempat. Sopan santun bicara dan bertingkah laku perlu ditanamkan kepada anak. Selain itu, orang tua juga memberikan contoh kepada anak laki-lakinya bagaimana sikap dan bicara yang sopan.

Selain itu, anak laki-laki juga dibelajari tentang bersikap toleran terhadap orang lain yang berbeda dengan dirinya. Berbeda itu bisa dalam arti berbeda agama, berbeda suku, berbeda level eokonmi, dan berbagai perbedaan lainnya. Dengan adanya toleransi, maka akan tercipta kedamaian. Hal itu terjadi, yakni toleransi kepada siapa saja terjiwai anak-anak laki-laki kalau sejak masih kecil sudah dibiasakan oleh orang tua.

Dengan sikap toleransi yang melekat pada anak laki-laki, maka dia akan menjadi sosok manusia yang berbudi pekerti baik saat dewasa nanti terhadap orang lain. Karena sudah terbiasa bersikap toleran terhadap orang lain sejak dini, akan menjadi bekal yang baik baginya, sehingga tidak terperosok dalam sikap dan tindakan yang radikal.


Anak laki-laki sejati itu mempunyai prestasi

Pendidikan terhadap anak, khususnya anak laki-laki yang dilakukan di rumah, bertujuan agar anak laki-laki tersebut tidak menjadi anak nakal dan bengal. Pendidikan di rumah terhadap anak laki-laki oleh orang tua, tidak lepas dari tingkat pendidikan orang tuanya. Kalau orang tuanya berpendidikan, tentunya berbeda dengan yang kurang berpendidikan. Orang tua yang berpendidikan akan menjadi pendidik efektif bagi anak laki-laki, selain pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.

Perlu sejak dini ditanamkan dalam jiwa anak laki-laki agar nantinya mempunyai prestasi. Prestasi bukan hanay bersikap akademis, tapi juga dalam bisang apa saja yang bernilai positif. Prestasi yang bisa dimiliki anak laki-laki misalnya dalam bidang pelajaran. Selain itu bisa saja dalam bidang olah raga, kesenian, atau bidang lainnya.

Anak laki-laki dipacu untuk memiliki prestasi sesuai bakat dan minatnya agar dirinya mempunyai harga diri. Dengan prestasi apa pun yang dimilikinya, anak laki-laki tersebut akan menjadi sosok yang kuat prinsip, sopan, toleran, dan baik budi pekertinya. Anak laki-laki kita akan terhindar dari pergaulan negatif kalau selalu beraktivitas positif demi meraih prestasi tertentu sesuai bakat dan minatnya.

Dari uraian di depan sudah jelas kan bahwa mendidik anak laki-laki itu ternyata gampang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar